Jumat, 06 Juli 2007

Imam Muhadi Bukan RobinHood

Warga Desa Kandat, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri, menyimpan gerobak yang dijuluki Mbah Gleyor ini, di bawah rumah-rumahan di halaman sebuah mushala. Rumah-rumahan itu dibangun atas biaya mantan Bupati Blitar Imam Muhadi.

Ada hubungan apa Imam Muhadi dengan Bupati Djojonagoro ? Menurut Imam Muhadi beberapa waktu lalu pada RADAR Surabaya, waktu Djojonagoro ditangkap sang istri bupati berhasil diamankan oleh Ki Nala sopir gerobak dan disembunyikan di daerah Slemanan (desa asal sang koruptor) Kabupaten Blitar.

Saat itu Ki Nala tidak hanya mengamankan istri sang bupati tapi juga beberapa keluarganya yang ikut dalam rombongan. Setelah ditempatkan di daerah yang aman, Ki Nala kembali lagi Kandat untuk merawat gerobak sang majikan hingga akhirnya ia meninggal di Desa Kandat, setelah sebelumnya ‘babad alas’ Kandat untuk membangun desa.

Setelah satu setengah abad lebih, Mbah Gleyor tidak difungsikan, sepintas orang tak akan tertarik jika melihat Mbah Gleyor yang diparkir dengan sederhana di tepi jalan desa tak beraspal, termasuk Pemkab Kediri. Jika hujan, jalan tanah itu becek tak keruan. Hanya masyarakat Desa Kandat yang tahu persis bagaimana kemasyhuran dan “kesaktian” Mbah Gleyor.
Menurut Sutarto (40) juru kunci, dulunya gerobak antik itu disimpan di kampung di sebelah utara Desa Kandat (Jl Watu Gede,red). Namun, pada tahun 1950, Mbah Matal, yang merawat Mbah Gleyor, menerima firasat kendaraan bupati itu “minta” dipindahkan ke sebelah selatan Desa Kandat (sekarang Jl Glinding).

Maka, terjadilah proses pemindahan itu dengan disertai beberapa kejadian unik. Konon, lanjut Sutarto, saat dipindahkan gerobak itu tak bergerak semeter pun, walau sudah ditarik kerbau. “Yang aneh, waktu dipakai bupati kan juga ditarik kerbau. Mengapa setelah sekian lama, ditarik kerbau tidak mau,” ujarnya.

Akhirnya, gerobak itu baru dapat dipindah setelah ditarik Mbah Matal. Istri Mbah Matal membantu dengan mendorong dari belakang. Begitulah cara Mbah Gleyor sampai di tempatnya sekarang. “Dan yang menarik jalan bekas yang dilewati Mbah Gleyor hingga kini tidak ditumbuhi rumput. Subhanallah ini benar-benar kuasa Allah Yang Maha Perkasa,” tambah Sutarto.

Sutarto mengaku meski tidak dibayar untuk merawat Mbah Gleyor. Namun ia berobsesi bersama warga Desa Kandat secara swadaya akan menjadikan gerobak itu sebagai obyek wisata.

Sebetulnya, ia berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri yang turun tangan mengolah itu. Namun, disayangkan, sejauh ini tidak ada perhatian sama sekali. “Gerobak itu bukan hanya terkait dengan sejarah Kandat, tetapi sejarah Kediri. Masak disia-siakan begitu saja oleh kabupaten. Dan yang mengurus malah bukan orang Kediri, ini kan kebangetan. Apalagi Bupati Sutrisno kan juga orang Kandat tapi tidak ada niat membantu” tambah Sutarto.

1 komentar:

Pemuda.jagoan mengatakan...

Benar juga ya, ini bisa jadi destinasi wisata tambahan di kecamatan kandat loh